Protected by Copyscape

Senin, 01 Juni 2020

Menulis Memerlukan Rasa Percaya Diri






Tumbuhkan Rasa Percaya Diri Saat Menulis

"Belajar dari guru hebat Omjay"



Menjadi penulis pemula itu memang sulit. Sulit sekali, untuk mengawali sebuah tulisan saya benar-benar bingung, apa yang harus saya tulis. Saya selalu khawatir apakah tulisan saya layak di baca, apakah tulisan saya ini layak di publikasikan. Saya selalu menulis puisi, cerpen dan cerita-cerita inspiratif  yang memotivasi. Tulisan saya awalnya hanya di publikasikan kepada murid-murid saya di sekolah dana beberapa kerabat dekat saya. Rasa percaya diri saya kurang saat itu. Saya menyadari sepenuhnya bahwa apa yang saya tulis masih jauh dari kata sempurna. Kemudian saya mencoba membuka google, melihat-lihat karya orang lain, saya semakin tidak percaya diri dengan karya saya sendiri. Tetapi kerabat dekat selalu mendukung saya, sehingga saya tidak berhenti menulis. 

Awalnya saya berpikir bagaimana caranya agar tulisan saya bisa di baca oleh banyak orang. Saya mencari tau di google apa yang harus saya lakukan. Ibarat orang buta yang tidak bisa melihat apa-apa, itu lah yang saya alami tanpa seorang pembimbing dalam mengbangkan tulisan saya. 

Setelah saya membuka google saya menemukan solusi, bahwa saya harus memiliki blog agar bisa mempulikasikan tulisan saya. Saya memcoba membuat dan memasukkan beberapa tulisan, tetapi jujur saja, saya tidak paham menggunakan blog.
Hingga akhirnya saya putus asa, dan fakum dengan blog dan tulisan selama setahun.

Murid saya selalu bertanya kenapa saya tidak pernah menulis? Jawaban saya adalah, saya masih sibuk dan belum sempat menulis, padahal itu hanya alasan saya untuk menutupi keputus asaan saya.
Karena banyak sekali siswa saya bertanya, akhirnya saya kembali menulis dan membuat sebuah cerita-cerita remaja. Kenapa saya membuat cerita rejama, karena saya berpikir, bagaimana agar tulisan saya banyak dilirik banyak orang terutama remaja?
Waktu itu saya melirik banyak remaja yang suka membaca watpad, kemudia saya mencoba untuk membuat beberapa cerpen remaja yang saya kirim di watpad tetapi alhasil sama hanya di baca oleh beberpa orang saja. Saya kembali putus asa dan kembali tidak menulis selama berbula-bulan. Murid saya kembali bertanya kenapa say tidak menulis cerpen lagi? Bahkan ada satu cerpen saya yang masih belum selesai atau istilahnya bersambung.


Kemudian Bapak kepala sekolah saya I Nengah Suradnya, S.Pd., M.Pd. kebetulan beliau sebagai ketu PGRI di kecamatan, menggagasan ide dan mengajak saya untuk ikut bergabung dalam grup WA " Guru Berbagi" kamis di sana mencoba membuat puisi yang bertema " Belajar dari Covid". Saya sangat bersyukur tulisan yang kali pertama dapat terbit dengan beberapa temen-teman lainnnya pada buku "Guru Berbagi". Yang di launcing langsung oleh beliau tepat di hari pendidikan.

Rasa senang dan rasa bahagia bercampur jadi satu. Sejak itu saya kembali aktif menulis. Mencoba mengirim di beberapa link-link yang saya temukan di google namun selalu di tolak. Hingga akhirnya kembali bapak kepala sekolah saya mengajak bergabung di kelas menulis angkatan 11 bersama Om Jay. 

Dalam grup ini saya mengenal banyak guru-guru hebat dari seluruh Indonesia. Pada grup ini juga saya belajar tentang banyak hal terutama tentang menulis.

Hari ini saya menemukan seorang guru yang luar biasa, Om Jay yang memiliki nama lengkap Wijaya Kusumah, S.Pd., M.Pd. Banyak hal yang saya dapat pelajari dari beliau. Tulisan beliau selalu memotivasi saya untuk terus menulis tanta putus asa. 
Beliau mengajak guru-guru seluruh Indonesia untuk selalu menulis dan berbagi pengalaman dengan kawan-kawan.

Saya kagum dengan beliau, usaha dan semangatnya tidak pernah pudar hingga beliau menjadi seseorang yang hebat. Beliau membangkitakan semangat saya kembali sehingga rasa percaya diri pada diri saya kembali berkobar untuk tetap menulis.

Jadi saya mengajar teman-teman semua jangan pernah berhenti untuk menulis. Om Jay bilang "menulis setiap hari lama-lama menjadi bukit". Menulis itu tidak sulit, teman-temna bisa memulainya dengan menceritakan apa yang ada dipkirian. Itu bisa teman-teman kembangkan menjadi sebuah cerita yang menarik. Jangan memikirkan dulu seberapa banyak orang yang membaca tulisan kita tetapi pikirkan sebarapa banyak kita mampu membuat tulisan yang akan di baca. Ingat tumbuhkan rasa percaya diri pada diri kita bahwa apa yang kita tulis dapat menginspirasi orang lain.

Teruslah menulis jangan pernah berhenti sampai di sini.
Jadi semoga apa yamg saya tulis dapat menginspirasi teman-teman ya... 
Itu hanya sebuah pengalaman pribadi saya, yang saya alami selama ini..
Semoga bermanfaat...

Sampai berjumpa di tulisan saya berikutnya ...
Terimkasih Om Jay...

3 komentar:

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best) “Bob Talbert”

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimp...