Protected by Copyscape

Sabtu, 28 November 2020

YAKIN DAN PERCAYA DIRI ADALAH KUNCI SUKSES DALAM MENULIS

Berlatih Setiap Hari untuk Hasil yang Maksimal, Hikmah Dibalik Menulis




Setelah sekian lama saya tidak penah lagi menulis di blog. Kemarin mencoba memberanikan diri untuk menulis lagi. Rasa ragu dan tak percaya diri selalu menghantui saya. Bisa dikatakan bahwa ini adalah hasil paksaan dari Bapak Kepala sekolah. Saat itu saya sama sekali tidak berminat untuk ikut lomba menulis blog, lagi pula saya belum tergabung saat itu sebagain anggota PGRI. Salah satu syarat pendaftaran adalah memiliki NPA. Tiga hari sebelum penutupan pendafataran, Bapak kepala sekolah memberitahukan kepada saya bahwa saya telah di daftarakan untuk ikut lomba blog dan menulis pengalaman PJJ. Kaget luar biasa saat itu, apa yang bisa saya tulis dalam waktu yang begitu singkat? Saya tidak yakin pada diri sendiri, rasanya tidak bisa menulis dalam waktu yang singkat.
Saya terus berpikir dan berpikir, jujur ini sempat menjadi beban dalam diri saya. Apalgi sat itu juga saya sedang membantu salah seorang teman untuk menuntaskan video pembelajaran untuk ikut memeriahkah lomba HUT PGRI dan HGD.
Keesokan harinya Bapak kepala sekolah kembali menvirimkan sebuah pesan yang berisi jumlah peserta lomba. Saya bingung harus jawab apa kepada beliau? Setelh berpikir semalam ternyata tidak membuahkan hasil apa-apa. Saya memberanikan diri untuk menjawab pesan WhatsApp beliau dalam bahasa serombotan "Inggih pak, besok tiang kirim karyanya, belum selesai nike" yang artinya  baik pak, besok akan saya kirim karyanya karena hari ini belum selesai.
Setelah membaca pesan itu, saya berpikir lama hingga larut malam, beliau telah mempercayakan saya untuk ikut lomba ini, apalagi memabawa nama baik sekolah. Tidak ada salahnya saya mencoba dan menjalakan tugas beliau demi nama baim sekolah saya. Jujur saja saya tidak mau mengecewakan beliau karen beliau telah menaruh kepercayaan penuh terhadap saya.
Keesokan harinya saya kembali ke sekolah, sampai di sekolah, saya melanjutkan mengedit video pembelajaran teman saya. Ini adalah hari terahir pendaftaran dan saya belum membuat apa-apa. Kemudian kepala sekolah menghampiri saya. Bagaimana bu, sudah ngirim karya? Dicoba saja ya, tidak ada salahnya mencoba, saya yakin ibu pasti bisa. Intinya semangat dan selalu berdoa sama beliau, saya yakin ibu pasti bisa. Saya hanya bisa mengatakan "iya" saja. Hari itu saya di sekolah sampai jam 13.00 wita, kemudian saya pulang. Ketika menuju parkiran, salah seorang teman bertanya "kamu kenapa tidak ikut lomba blog? Kamu punya blog lebih dulu dari saya, kenapa kamu seperti sutradara, sekali-sekali jadi peran utama dong". Kata-kata itu benar-benar memotivasi saya dan membuat saya bangkit dari rasa takut.
Sesampai di rumah, saya bergegas mengambil laptop, sekitar 30 menit saya terdiam. Kemudian saya memlihat hp dan membuka galeri, disana ad beberapa foto yang mengingatkan saya tentang suatu hal, dan saya terinspirasi dan tau apa yang harus saya tulis. Seketika otak saya menjadi encer bak es cair yang sedang meleleh. Tepat pukul 16.00 wita tulisan saya selesai. Tanpa berpikir panjang saya langsung mendaftarkan diri. Tetapi rasa tidak  percaya diri selalu ada, tulisan saya masih banyak kekurangan.









Tanggal 27 November 2020, seluruh peserta lomba di wajibkan untuk ikut webinar, karena akan ada pengumuman hasil dari lomba tersebut setelah 2 hari masa penjurian. Saya mengikuti dari pagi jam 7.30 telah siap di room webiner. Degdegan rasanya menunggu hasilnya. Tepat jam 11.00 wita panitia mengumumkan kejuaraan. Saya tidak menyangka nama saya di sebut dalam kejuaraan itu. Rasa senang, rasa haru, bahagia bercampur jadi satu. Saya tidak pernah berharap menjadi juara, karena memang apa yang saya tulis menurut saya belum layak menjadi juara. Saya sangat bersyukur dari 30 peserta kurang lwbih, tulisan saya bisa lolos nominasi 2.






Apalgi ketika nama saya dipanggil oleh moderator untuk memberikan kesan dan pesan kepada peserta webiner hari itu, saya semakin degdegan. Bingung harus berkata apa, dengan rasa percaya diri akhirnya memberanikan diri berbicara dan sedikit memberikan motivasi kedapa seluruh peserta webinar dari tingkat TK - SMA.




Sungguh ini adalah sebuah pengalaman yang luar biasa bagi saya, pertama kalinya mendapat sebuat apresiasi di tingkat kabupaten. Sebelumnya pernah ikut lomba mw ulis tetapi belum memperoleh hasil. Saya mulai yakin bahwa segala sesuatu yang kita lakukan tidak ada yang instan. Membutuhkan sebuh proses yang menyakitkan dan panjang. Ibarat sebuah pensil, agar menghasilkan goresan yang bagus dia harus melewati fase dimana dia harus diruncingkan terlebih dahulu. Begitu pula dengan kebidupan. Yakin dan percaya diri adalah kunci sukses dalam menulis. 
Menulis tidak hanya bisa kita lakukan sekali kemudian membawakan hasil yang luar biasa. Lakukanlah setiap hari maka lama-mala akan menjadi terbiasa. Jangan pernh memikirkan bagaimana hasilnya tetapi tulislah apa yang anda bisa dan yang ada dalam pikiram anda. Alhasil suatu saat nanti akan ada hikmah dibalik semua ini.
Salam literasi
Selamat menulis
Semangat berkarya

Bangli, 28 November 2020

Selasa, 24 November 2020

PJJ MENYENANGKAN

 Juru Tani adalah Guru

Penulis : Ni Kadek Dwi Aryani, S.Pd.



PJJ (Pembelajaran Jarak jauh) itulah istilah dalam pembelajaran masa pandemi saat ini. Kelihatannya mudah tapi sesungguhnya itu sangat sulit. Mengajar tanpa bertemu langsung dengan siswa, tehalang oleh jarak, memerlukan sebuah keterampilan guru dalam menggunakan teknologi itulah modal utama yang harus dikuasai oleh guru. Teknologi menjadi peran utama sebagai jembatan penghubung anatara guru dan siswa.

PJJ adalah sebuah tantangan bagi saya dalam melaksanakan tugas saya sebagai seorang guru. PJJ ibarat sebuah petualangan baru yang di dalam perjalannya saya tempuh tahap demi tahap dan melewati berbagai rintangan agar sampai pada tujuan yang diinginkan. Dalam perjalanan saya harus belajar, berproses, berefleksi, serta mempersiapakan tenaga untuk terus mengalir meskipun tak selamanya yang saya lakukan selalu sesuai dengan keinginan saya. 

Awalnya ketika pertama kali melaksanakan PJJ saya benar-benar sulit untuk melaksanakannya, saat itu saya hanya mengenal aplikasi WA (WhatsApp). Saya membentuk grup WA di masing-masing kelas agar memudahkan saya untuk selalu melakukan komunikasi dengan siswa. Segala bentuk pembelajaran saya lakukan melalui WA Grup. Rasa percaya diri yang begitu besar pada diri saya bahwa hal ini akan menjadi menyenangkan dan memberikan pengalaman baru bagi siswa. Segala bentuk pesan tulis, pesan suara, dan tugas yang saya jejali kepada siswa agar tercapai perlajaran hari itu. 

Pada akhirnya, rasa jenuh dan rasa bosan timbul pada diri mereka. Saya menyadari bahwa pembelajaran saat itu tidak bisa berjalan dengan efektif. Ketika melihat nilai dan kehadiran siswa yang begitu merosot dari biasanya, perasaaan kecewa tentu sangat besar, harapan tak sesuai dengan ekspektasi saya. Saya mengira pembelajaran akan menyenangkan bagi mereka tetapi justru diluar dugaan saya, ternyata saya keliru. Hanya 2-5 orang dari 30 siswa di kelas yang benar-benar mengikuti pelajaran dan mengumpulkan tugas melalui WA sisanya 25 siswa hanya datang sekedar absen kemudian hilang. Lalu, apa yang harus saya lakukan agar ke 30 siswa itu mau mengikuti pelajaran saya sampai berahir? Saya sadar dalam situasi seperti ini, saya tak bisa menuntut banyak kepada mereka.

Dititik itulah saya mulai berpikir bagaimana saya bisa melaksanakan PJJ dengan menyenangkan dalam kurun waktu yang begitu lama? Sebuah permasalahan yang harus saya pecahkan sebagai seorang pendidik. Hal ini tak hanya saya saja yang merasakan tetapi hampir semua teman-teman saya juga mengalami hal yang sama. Kegalauan yang begitu lama yang selalu menghantui pikiran saya. Saya mulai berbenah diri, menata hati dan belajar memahami mereka ketika belajar online. Menata hati untuk selalu iklas bahwa segala sesuatu tak harus ideal dan sempurna. Keberhasilan tak bisa diukur dengan angka tetapi bagaimana kita mampu memahami dunia mereka pada masa pendemi. 

Mentri pendidikan selalu menggaungkan merdeka belajar, itulah yang saya jadikan modal dalam melaksanakan PJJ ini. Sedikit-demi sedikit saya mulai mecancang PJJ agar lebih menyenangkan dari seblumnya. Lagi pula dalam situasi saat ini guru tidak dituntut untuk menuntaskan kurikulum yang ada tetapi bagaimana kita bisa melaksanakan prosesnya. Saya hanya berpikir bagaiamana anak bisa mencapai tujuan pembelajaran dan bagaiamana keinginan siswa saat belajar daring. Saya berusaha memahami karakter-karakter siswa, dalam masa pandemi seperti ini sangat sulit memahami mereka apalagi saya tidak pernah bertemu atau bertatap muka langsung dengan mereka. 


Setelah saya mengikuti program guru belajar masa pandemi covid 19, saya baru menyadari bahwa selama ini yang saya lakukan selama PJJ tidak membuat mereka merdeka belajar tetapi membenani pikiran siswa. Saya dulu sering menjejali mereka dengan tugas dan tugas tanpa pernah menghiraukan bagaimana mereka. Selalu mengabaikan mereka yang belum mampu memahami inti sari dari pelajaran itu. Menuntut mereka agar menuntaskan pelajaran dan tugas dalam kurun waktu tertentu. Saya tidak pernah mengecek kesiapan mereka dalam mengikuti pelajaran daring padahal hal ini sangat penting dilakukan oleh setiap guru untuk mengetahui kondisi awal siswanya. Hal yang terpenting yang saya abaikan yaitu menanamkan nilai karakter dalam jiwa sang anak. Inilah yang menjadi titik kelemahan dalam diri saya sebagai seorang pendidik.

Belajar sebagai aktivitas anak yang bebas dan merdeka karena setiap anak memilki karakteristik yang istimewa. Guru hanya menciptakan lingkungan belajar yang dapat membuat anak mengeksplorasi diri secara  mandiri dan bebas. Guru tidak dapat memaksakan anak untuk memperoleh hasil yang sama antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Karena dengan kebebasan inilah akan memunculkan kreativitas dan potensi diri anak. Kita tidak hanya memerdekakan mereka tetapi juga membuat mereka bernilai dan berbudaya. 

Saya mulai mencoba mengubah cara belajar yang biasanya melalui WA, kemudian saya terkadang membuat jadwal tatap muka memalui online lewat Zoom Meetings. Saya begitu yakin hal ini akan dapat memeberikan sedikit perubahan, menyapa mereka melalui online dan menanyakan kesiapan mereka untuk belajar. Mendengarkan keluh kesah mereka selama ini dan menjadi teman curhat mereka ketika tatap muka pada Zoom Meetings. Sedikit demi sedikit saya mulai masuk, berbaur dan ikut hanyut dalam cerita mereka walaupun secara online. Secara tidak langsung saya telah mampu menyisipkan materi-materi pelajaran sehingga mereka tidak menyari bahwa apa yang saya berikan adalah sebuah pelajaran. Pelajaran tidak hanya tentang materi hafalan tetapi bagaimana pelajaran itu bisa mereka aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 

Setiap hari saya selalu berpikir apa yang harus saya berikan besok untuk anak-anak? Selalu merancang sebuah pembelajaran yang menyenangkan, mulai menggunakan aplikasi yang dinginkan oleh anak-anak sehingga saya selalu bisa mengontrol kehadiran mereka setiap hari. Selalu mengingaktkan mereka untuk membuat tugas, istirahat, makan dan selalu mengingatkan agar mereka menjaga kondisi masing-masing. Anak terkadang membutuhkan perhatian dari gurunya.  Siapapun yang diberikan perhatian akan muncul rasa senang dan merasakan bahwa dia bernilai dimata kita. Tetapi perhatian yang kita berikan jangan sampai berlebihan dan justru membuat mereka menjadi siswa yang manja.

Saya selalu memadukan aplikasi pembelajaran yang tidak hanya terpaku pada satu media atau aplikasi pembelajaran tertentu. Salah satunya dengan Zoom meetings, Google Classroom, Melajah.id, WhatsApp, Schoology serta media-media lainnya yang mendukung pembelajaran. Dengan cara itu siswa merasa memiliki sebuah pilihan dan cara untuk selalu bisa ikut belajar dan tidak ada alasan untuk mereka tidak ikut kecuali siswa yang sakit. Saya selalu memberikan bimbingan bagi siswa yang tak mampu menggunakan aplikasi pembelajaran, mendatangkan ke sekolah atau melakukan kunjungan ke rumah siswa bersama guru BK agar mereka benar suskses menggunakan teknologi dan media pembelajaran.

Masa pandemi saya tak bisa banyak melakukan hal, hanya bisa menciptakan rasa nyaman bagi siswa saya sendiri. Dengan rasa nayaman otomatis pembelajaran PJJ akan lebih menyenagkan dan lebih bermakna bagi mereka. Mendukung dan memotivasi kegiatanya yang mereka lakukan selama apa yang mereka lakukan positif dan memiliki nilai bekmana bagi mereka.

Seorang anak memiliki gelagat, bakat, dan talenta yang di bawanya sejak lahir dari sang pencipta, sebagai seorang guru kita harus bisa menuntunnya untuk selamat lahir batin, dan merdeka lahir batin. Biarkanlah mereka berkeativiatas dengan mandiri sesuai dengan keinginannya. Jangan pernah menyalahkan atau pun memojokkan siswa dalam kesalahan apapun. Tuntunlah mereka dengan cara yang halus dan sesuai dengan kondisi yang situasi siswa itu sendiri. 

Memberikan pujian merupakan salah satu hal yang sangat diinginkan siswa, walapun sebagai seorang guru kita tau jawaban mereka salah tetapi sebisa mungkin saya selalu memberikan pujian positif pada setiap anak agar tidak mematikan rasa percaya diri anak tersebut. Dalam masa pandemi seperti ini memang sulit untuk menciptakan belajar yang efektif tetapi kembali pada kemauan dari seorang guru masing-masing dan tergantung dari cara kita memvariasikan belajar agar lebih menyenangkan. Saya selalu bertanya apa yang diinginkan mereka saat itu, terkadang ini menjadi salah satu poin agar pembelajaran kita selalu berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Pemberian tugas yang menumpuk yang membuat rasa bosan kepada siswa mulai saya kurangi. Saya selalu mevariasikan setiap tugas yang saya berikan kepada anak, misalnya dalam bentuk video, voice note, berpendapat, mengomentari apa yang mereka lihat dan baca dan lain sebgainya. Tidak hanya sekedar memberikan sebuah teori ataupun terpatok pada sebuat teori dan tuntutan kurikulum. Sesekali saya menampilkan sebuah video pembelajaran yang saya buat, ataupun video-video pendidikan lainnya yang bisa memberikan nilai positif bagi anak. Anak terkadang lebih segan menonton video jika yang mereka lihat dalam video belajar itu adalah gurunya sendiri.  



Menjadi guru sejatinya tak hanya sekadar  menciptakan rasa senang dan rasa paham belajar kepada anak. Guru itu pekerjaan mulia yang mempunyai tugas memberikan nilai dan kebermaknaan pada setiap pribadi anak. Sebagai seorang guru kita harus mampu menjalankan bakti kita kepada anak bangsa. 

Menjadi seorang guru ibarat menjadi seorang petani. Tugas beliau adalah merawat berbagai jenis tanaman yang mereka tanam. Menebarkan rabuk setiap harinya, menjaga setiap harinya, membersihkan dari hama yang menggangu, mengairi tanaman setiap harinya, mencabuti rumput liar hingga membiarkan tanamannya tumbuh subur dan membuahkan hasil sesuai kodratnya. Sehingga akan tercipta suasana yang menyenangkan dan menyejukkan kepada para penikmatnya. Seorang petani sejatinya adalah seorang guru yang bisa menciptakan rasa kemerdekaan pada setiap anak didiknya. Kelihatnnya sederhana tapi sarat akan filosifi mendidik. Mebersihkan hama dan mencabuti rumput liar berarti membiarkan anak tumbuh menjadi kodratnya dengan menghilangkan nilai negatif dan hal buruk disekitar anak. 



Itulah sedikit perubahan yang saya lakukan dalam pebelajaran PPJ agar menjadi menyenangkan, menjadi seorang juru tani, yaitu mencabuti rumput liar yang ada disekitarnya dan mebersihkan hama yang menggangu. Membuat pembelajaran yang bisa mengajak anak untuk bermain, bernyanyi, bereksperimen, berpetualang dan menciptakan pelajaran yang kaya akan budi pekerti. Menumbuhkan kreativitas anak untuk menghasilkan karya yang berinovasi. Meskipun tampaknya masih sangat abstrak, tetapi apapun materinya kelak jika konsep-konsep ini diintegrasikan dengan baik dan penuh dengan kebermaknaan maka akan menjadi sebuah nilai positif untuk anak dan nyata bagi jiwa setiap anak. Mengerti akan dunia mereka dan memahami setiap anak, kerena setiap anak memilki karakteristik dan kemampuan yang berbeda. Jadilah guru yang kreatif dan aktif sehingga tercipta suasana kelas yang aktif dan menyenangkan pula.

















Senin, 23 November 2020

TUMBUH DAN BERKEMBANG SESUAI KODRATNYA, KUNCI SUKSES BELAJAR DARING

 

Prestasi masa pandemi

Pademi telah melumpuhkan hampir berbagai bidang, mulai dari kesehatan, ekonomi, pariwisata bahkan sampai pendidikan. Ribuan siswa kini mengikuti pembelajaran dari rumah atau dengan istilah daring. Tidak hanya siswa, guru pun ikut memberikan pembelajarn melalui daring dengan berbagai aplikasi-aplikasi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Wabah covid-19 telah menutup akses pembelajaran secara tatap muka sejak maret 2019.

Hal ini tentu memiliki dampak negatif dan postif bagi siswa dan guru. Adapun dampak negatifnya dalam pembelajaran yaitu merosotnya tingkat pemahaman siswa terdahap pembelajaran. Selain itu dampak lain adalah kurang efektifnya pembelajaran di sekolah. Segala sesuatu yang akan di lakukan antara guru dan siswa akan tebatasa kerena wabah ini. Serta masih banyak dampak-dampak lainnya yang ditimbulkan dari wabah ini.

Selain dampak negatif, pandemi ini juga memilki dampak postif, yaitu dengan adanya wabah virus corona, mau tidak mau seorang pendidik dan siswa menjadi mahir dalam penggunaan teknologi. Secara tidak langsung guru dan siswa akan terus belajar menggunakan teknologi yang ada. Banyak flatfrom digital yang menawarkan aplikasi pembelajaran gratis bagi penggunanya. Aplikasi-aplikasi yang bisa di akses oleh guru dan siswa sebagai media komunikasi antara siswa dan guru.

 

Menciptakan Suasana Menyenangkan Bagi siswa

Dalam masa pandemi banyak guru yang kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran. Menyenangkan atau tidak tergantung dari guru itu sendiri. Bagaiamana seorang guru mampu meracang pembelajaran dengan baik. Banyak hal yang bisa dilakukan guru agar pembelajaran di masa pandemi saat ini agar menarik minat siswa.

·         Mengetahui kondisi awal siswa sebelum pembelajaran itu dimulai. Mengetahui kondisi awal siswa ini akan sangat berpengaruh terhadap situasi pembelajaran siswa. Sukses atau tidaknya dalam pembelajaran tergantung dari situasi dan kondisi saat itu.

·         Mengajak siswa mengikuti lomba online. Pandemi bukan berarti seorang guru dan siswa hanya berdiam saja di rumah tanpa melakukan apa-apa. Banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan dari rumah. Mengingat semakin canggihnya perkembangan teknologi saat ini. Apalagi dimasa pandemi seperti ini banyak instansi-instansi yang melaksanakan lomba secara online. Sebagai seorang guru yang kreatif kita bisa mengajak dan menuntun siswa untuk mengikuti berbagai lomba, misalnya seperti lomba tiktok, lomba video kreatif dan lain sebagainya. Masih banyak lomba-lomba yang bisa diikuti secara online atau daring. Dengan cara ini secara otomatis akan mengurangi rasa jenuh dan rasa bosan siswa ketika berdiam diri di rumah saja.




·         Melakukan pendekatan terhadap siswa. Hal ini akan sangat penting dalam melaksanakan pembelajaran secara online. Sesekali seorang guru boleh-boleh saja untuk mengadakan pembelajan melalui Zoom Meetings agar bisa melakukan percakapan atau sekadar menyapa siswanya walaupun hanya lewat online. Selain itu bisa juga kita memberikan kebebasan terhadap siswa dalam pembelajaran asalkan hal yang dia lakukan memiliki nilai positif dan memiliki kebermaknaan baginya.

·         Mengurangi tugas yang menumpuk. Hal yang terpenting dalam pembelajaran online adalah mengurangi pemberian tugas yang banyak bagi siswa. Jika ini terjadi maka bukanya memerdekakan siswa tetapi justru membebani siswa. Psikologis siswa bisa saja akan terganggu karena stres memikirkan dan mengerjakan tugas yang terlalu banyak.

·         Membuat tugas yang menarik. Seorang guru harus bsa memvariasikan materi ajar dan tugas agar lebih menyenangkan dan memiliki daya tarik bagi siswa. Misalnya dengan membuat video pembelajaran, membuat blog dana lain sebagainya. 



·         Memberikan layanan prima bagi siswa. Dimusim pandemi guru harus bisa memberikan layanan prima kepada siswasnya, misalnya dengan menuntun siswa yang tidak bisa menggunakan satu aplikasi tertentu yang akan digunakan dalam pembelajaran.

D


Menjadi seorang guru adalah tugas yang begitu mulia. Guru tidak hanya memberikan nilai pada siswa tetapi juga membuat dan menciptakan kebermaknaan bagi siswa. Tugas seorang guru hanya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan selebihnya siswa yang memiliki tugas untuk mengembangkan bakat dan kreativitasnya sendiri. Biarkan siswa tumbuh dan berkembanga sesuai kodratnya sehingga tumbuh pembelajaran yang memerdekakan siswa.

 

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best) “Bob Talbert”

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimp...