Protected by Copyscape

Sabtu, 08 Agustus 2020

Kaidah Kebahasaan Teks Berita

Kaidah Kebahasaan Teks Berita


Teks berita berbeda dengan teks dalam jenis tulisan lainnya. Berita memiliki kaidah-kaidah atau aturan tertentu. Ini yang menjadi ciri khas dan pembeda teks berita dengan teks lainnya. Kaidah kebahasaan teks berita merujuk tentang ciri atau kaidah bagaimana suatu teks tersebut dibangun. Adapun ciri atau kaidah kebahasaan teks berita sebagai berikut.


1. Penggunaan EYD 


Pada teks berita selalu menggunakan bahasa yang baku atau penggunaan bahasa yang bersifat standar. Bukan bahasa trendi atau bahasa gaul. Tetapi, bahasa yang sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Bahasa yang bersifat polpuler ataupun yang kedaerahan akan dihindari oleh media-media nasional.

Namun meskipun bahasa yang digunakan adalah bahasa baku berita tetap dituntut sederhana dan komunikatif atau mudah dipahami. Berita senantiasa luwes dan tidak kaku. Agar pembaca nyaman dan membaca hingga usai. Jadi dalam berita tetap menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami oleh masyarakat tetapi tetap memehatikan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).


2. Penggunaan verba transitif

Sebelum kita membahas verba transitif, kalian harus memahami terlebih dahulu apa itu verba, jadi verba itu adalah kata kerja. Kalian telah mempelajari kata kerja waktu kelas VII bukan? Nah  mari kita memgingatnya...

Kata kerja transitif adalah kata kerja yang memerlukan objek dalam kalimatnya. Hal ini tidak berlaku untuk kata kerja intransitif.

Teks berita seringkali menggunakan kata kerja (verba) transitif. Yaitu yang dapat diubah ke dalam bentuk pasif. Kata kerja bentuk pasif ini merupakan kata kerja yang dikenai pekerjaan. Sementara kata kerja intransitif tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif.


Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam memahami verba transitif.

1. Kalimat Aktif

Secara singkat, pengertian kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan (predikat). Berdasarkan keberadaan objeknya, kalimat ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu kalimat aktif transitif dan intransitif.


Contoh kalimat aktif:

– Ayah membawa koper.

– Ibu melipat baju.

– Umar membaca koran.

– Risma menyapu halaman.

– Dudung sedang menunggu Pak Somad.

– Jarwo memarahi Sopo.

– Deni membeli buku.

– Ani menaruh tas di ruang tamu.


a. Kalimat Aktif Transitif

Dalam suatu kalimat, ada yang mengharuskan adanya objek, ada juga yang tidak. Kalimat aktif yang harus ada objeknya disebut kalimat aktif transitif.


– Ibu memasak kangkung.

– Azmi memainkan layang-layang.

– Desi melihat kereta api.

– Rendi menduduki sebuah batu.

– Dian sedang mengerjakan tugas.

– Komar sedang memperbaiki sepeda.

– Asep menangkap bola.

– Ferdi mengendarai mobil.


b. Kalimat Aktif Intransitif

Kalimat aktif intransitif tidak bisa diubah menjadi kalimat pasif. Hal ini karena keberadaan objek dalam kalimat ini tidak diperlukan. Dengan kata lain, kalimat ini bisa berdiri tanpa adanya objek.


– Orang itu sedang mengamen.

– Ia sedang tidur di kamarnya.

– Adi bermain kelereng.

– Ia menangis tersedu-sedu.

– Ia berkelahi dengan temannya.

– Udin bertanya kepada Pak Usman.

– Agus berlari.


2.  Kalimat Pasif

Kalimat pasif merupakan kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan. Seperti halnya kalimat aktif, kalimat pasif juga dibagi menjadi dua jenis, yakni kalimat pasif transitif dan intransitif.


Contoh kalimat pasif:

– Buku itu sedang dibaca oleh Rani.

– Kangkung dimasak Sari.

– Para murid diberi tugas.

– Mobil yang rusak itu telah diperbaiki oleh karyawan Pak Ali.

– Kursi itu diduduki oleh Pak Usman.

– Pak Joko sedang ditunggu Kepala Sekolah.

– Ia dipecat dari kantornya.


a. Kalimat Pasif Transitif

Kalimat pasif transitif merupakan kalimat pasif yang mempunyai objek.


– Buku itu dibawa Tini.

– Ruangan kelas sedang dibersihkan para siswa.

– Sepeda milik Adi sudah diperbaiki ayahnya.

– Ia terkena malaria.

– Ruangan itu sedang mereka bersihkan.


b. Kalimat Pasif Intransitif

Kalimat Pasif intransitif merupakan kalimat pasif yang tidak mempunyai objek.


– Joko Widido telah dilantik menjadi presiden.

– Bangunan itu telah lama dibangun.

– Ia terlena akan kekayaanya.

– Rumah itu sedang diperbaiki.

– Hewan itu terdampar di tepi sungai.


3. Penggunaan Verba Pewarta

Selain verba transitif, teks berita juga menggunakan verba pewarta. Yaitu kata kerja yang memuat sebuah percakapan. Verba pewarta merupakan kata yang digunakan untuk mengidentifikasikan suatu percakapan.Verba pewarta selalu dijumpai dalam artikel di koran, yaitu kalimat yang bertanda petik, kemudian di belakang tanda petik tersebut terdapat kata ujar, kata, ungkap, ucap, jawab, paparnya, dan lain-lain.


Contoh : 

"Hari ini sudah ada lima investor yang datang dannmelihat langsung lokasi yang ditawarkan, yakni Taman Satwa Taru Jurug dan Solo Techno Park," ungkap Harjana.


4. Penggunaan Kata Keterangan Tempat Dan Waktu (Adverbia)

Kata keterangan (adverb)juga digunakan dalam teks berita untuk menjawab poin “where” dan ”when”dalam sebuah berita. Atau berfungsi sebagai konsekuensi dari perlunya kelengkapan suatu berita yang mencakup unsur kapan dan di mana. Kata keterangan disebut juga dengan kata adverbial yang berfungsi untuk memberikan atau menambah keterangan kata lain, seperti kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), kecuali pada kata benda (nomina).


Contoh : 

- Sekitar pukul 12.45 WIB, langit Riau tampak mendung.

- Gempa dengan kekuatan 5,4 Skala Richter (SR) menerjang Maluku pagi ini.


5. Penggunaan Konjungsi Temporal atau waktu.

Seperti halnya kalimat-kalimat pada tulisan lain, teks berita juga menggunakan konjungsi (kata hubung). Namun teks berita memiliki kekhasan dengan menggunakan konjungsi temporal, yaitu kata hubung untuk waktu. Adapun penggunaan konjungsinya ditandai dengan kemudian, sejak, setelah, awalnya, akhirnya.

Waktu yang dimaksud disini berfungsi untuk menjelaskan rentetan kejadian (kronologis) pada sebuah berita. Karena fungsi dari sebuah berita sendiri adalah menginformasikan sebuah kejadian. Maka kejadian tersebut perlu dipaparkan secara runtut dan jelas. 


6. Perpaduan Antara Kalimat Langsung/tidak Langsung

Dalam teks berita, terdapat kutipan-kutipan dari hasil wawancara yang kemudian dijadikan berita.

Biasanya perkataan atau penjelasan narasumber menjadi dasar utama atau hanya sebagai informasi pendukung. Meskipun sebagai tambahan informasi saja, penjelasan dari seseorang terkait dianggap penting dalam berita.

Seorang wartawan akan menulis berita berdasarkan apa yang dilihat dan didengarnya dari hasil wawancara atau sebuah pidato.

Kemudian diolah menjadi tulisan berbentuk kalimat langsung dengan menyisipkan tanda petik dua di awal dan akhir sebuah kutipan.

Kemudian di kalimat atau paragraf selanjutnya bisa ditambahkan dengan kalimat yang dibuat penulis berita sendiri. Namun dengan menambahkan keterangan bahwa hal itu dikatakan seseorang.

a. Kalimat Langsung

Kalimat langsung adalah kalimat yang menirukan ucapan atau ujaran orang lain sama seperti aslinya. Kalimat hasil kutipan seseoramg di tulis persis seperti apa yang di katakan penuturnya. Bagian ujaran/ucapan di beri tanda petik ("...") dapat berupa kalimat perintah, berita, atau kalimat tanya. 

Ciri-ciri kalimat langsung:

- penulisan kalimat langsung ditandai dengan tanda petik

- Huruf pertama pada kalimat yang dipetik menggunakan huruf kapital

- kalimat petikan dan kalimat pengiring dipisahkan demgan tand abaca (,) koma.

- Kalimat langsung yang berupa dialog berurutan, harus menggunakan tanda baca titik dua (:) di depan kalimat langsung.

- Pola susunan : 

a) Pengiring, "kutipan"

b) "kutipan," pengiring

c) "kutipan," pengiring, "kutipan"

- Cara membaca pada kalimat kutipan intonasinya sedikit ditekan.


Contoh : 

- " Masyarakat, wisatawan, dan pendaki tidak diperbolehkan mendaki dan beraktivitas dalam radius 2 km dari kawah Gunung Slamet, "paparnya.

- Sebelum meletus, gempa tremor semakin rapat dengan amplitudo sekitar 15 milimeter. Karena tremo membesar, gempa vulkanik sudah tidak terekam," tutur Ketuaa Tim Tanggap Darurat Gunung Bromo, Gde Suantika.

b. Kalimat Tidak Langsung

Kalimat tidak langsung merupakan kalimat yang melaporkan atau memberitahukan perkataan orang lain dalam bentuk kalimat berita.

Ciri-ciri:

- Tidak menggunakan tanda petik

- Intonasi membaca datar

- Biasanya ditambahkan konjungsi "bahwa"

- Terdapat perubahan kata ganti orang, yaitu:

a) Kata ganti orang ke-1 berubah menjadi orang ke - 3

"Saya", "Aku" menjadi "dia" atau "ia" 

b) Kata ganti ornag ke- 2 berubah menjadi orang ke - 1

"Kamu", "dia" menjadi "saya" atau nama orang

c) Kata ganti orang ke - 2 dan ke- 1 jamak berubah menjadi "kami", "kita" dan "mereka", "kalian", "kami" menjadi "mereka".


7. Penggunaaan Kata Kerja Mental

Dalam teks berita terdapat kata kerja mental atau verba mental. Verba mental, pada umumnya digunakan untuk mengajukan klaim. Verba ini menerangkan persepsi (misalnya: melihat, merasa), afeksi (misalnya: suka, khawatir), dan kognisi ( misalnya: berpikir, mengerti). Pada verba mental ini tersapat partisipan pengindra (senser) dan fenomena. Contohnya dalam klausa : Saya memoercayai bahwa ...., menurut saya ..., Saya berpendapat ..., Contoh lain dalam kalimat : Ayah (pengindra) mendengar (verba mental) kabar itu (penomena).


Contoh:

- Mereka memikirkan solusi untuk bisa keluar dari peristiwa-peristiwa yang memilukan itu.

- Warga membayangkan seandainya hujan itu kembali turun dengan terus-menerus.


8. Penggunaan Konjungsi

Konjungsi sering disebut sebagai kata sambung. Konjungsi adalah sambungan kata atau kata penghubung maupun perangkai yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, kalimat dengan kalimat, ataupun ungkapan dengan ungkapan. Ada dua jenis konjungsi sebagai berikut.

1. Konjungsi Intraklimat

Konjungsi intrakalimat (antarklausa) adalah kata yang menghubungkan klausa induk dan klausa anak. Kata penghubung antarklausa biasanya terletak ditengah-tengah kalimat.

2. Konjungsi antarkalimat

Konjungsi antarkalimat adalah kata yang menghubungkan kalimat yang saty dengan kalimat yang lainnya. Dalam penggunaanya, konjungsi antarkalimat menyatakan makna yang berbeda-beda.


Demikian materi hari ini ya, semoga kalian memahaminya, jika ada yang tidak dipahami silakan bertanya pada kolom komentar😊

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best) “Bob Talbert”

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimp...